Penafsiran Alkitab

Hermeneutika = ilmu menafsirkan Alkitab.
Eksegese = menjelaskan dari Alkitab makna teks yang sebenarnya.
Eisegese = menambahkan sesuatu ke dalam teks Alkitab.

Eksegese adalah praktek dari hermeneutika, sedangkan hermeneutika adalah teori dari eksegese.

Infallible = Firman Allah adalah sempurna.
Inneracy = Firman Allah tidak mungkin salah.

Hermeneutika yang Alkitabiah menggunakan metode penafsiran grammatico-historical yang berfokus pada: 
(1) Struktur gramatikal dari berbagai bagian Alkitab; dan
(2) Konteks historis dari tulisan.


1. Grammatika-Sintaksis

Eksegese Kristen mempelajari suatu perikop dalam bahasa asli megnenai arti kata dan struktur sintaksis kalimat dalam teks. Firman Allah diinspirasi secara verbal sehingga bukan hanya kata-kata tetapi struktur gramatikal setiap perikop juga diinspirasi oleh Allah. Dalam eksegese penting untuk mempelajari arti yang berhubungan dengan kamus dan struktur sintaksis dari suatu kata dengan latar belakang asli.


2. Sejarah-Kebudayaan

Mengerti latar belakang sejarah tertentu yang dituliskan, jangan mencoba melihat Alkitab dari budaya abad 20 karena akan mencampurkan ide dan prasangka secara subjektif terhadap teks Alkitab. Hal ini karena bisa saja suatu kejadian dilakukan dalam abad pertama dan sudah tidak berlaku lagi saat ini.

Contoh: Yesus membasuh kaki murid-Nya, atau tentang berhala di kota Korintus dan pengaruhnya terhadap Gereja mula-mula.


3. Pertimbangan Kontekstual

Melakukan pengenalan yang tepat terhadap konteks di mana suatu perikop Alkitab ditemukan.

Contoh: 

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku
- Filipi 4: 13 - 

Maksud dari ayat ini Paulus dapat melakukan segala hal dalam kuasa Tuhan tetapi bukan secara supranatural terbang atau mengangkat benda-benda berat yang melebihi kemampuannya, tetapi Paulus dapat puas dan bersukacita melalui kekuatan dari kuasa Yesus yang tinggal dalamnya.


4. Pertimbangan Teologis

Menguji semua kitab dengan melihat keselarasannya, karena Firman Allah tidak pernah berkontradiksi atau konflik dengan bagian teks lain di dalamnya.




Apa yang diperlukan dalam mengeksegese Firman Allah?

1. Memahami jenis bahasa yang dijumpai dalam Alkitab dan bagaimana kita harus mempelajarinya.

Alkitab menggunakan bahasa analogis dalam berkomunikasi dengan menggambarkan derajat perbandingan antara Allah dan manusia dan Alkitab menggunakan ungkapan-ungkapan anthropomorfis, yaitu ungkapan yang kita mengerti. Dalam menggambarkan emosi, Allah juga berbicara menggunakan bahasa anthropofatik (emosi manusia).

contoh ungkapan anthromorphis: Tangan Allah, mata-Nya, hubungan Allah dan manusia seperti Bapa dengan anak.

Oleh karenanya, kita harus tau bahwa kata-kata memiliki arti yang berbeda tergantung pada konteks dan penggunaan dalam Alkitab. Bahasa asli Alkitab harus sepenuhnya dipelajari dalam arti historisnya melalui penggunaannya dalam bagian-bagian lain di Alkitab.


2. Melihat pandangan Yahudi mengenai bagian ayat dalam Alkitab, atau sudut pandang yang penulis sampaikan agar dapat membuat pembaca mengerti. 

Ini merupakan metode Grammatico-Historical.

Hal yang harus diperhatikan saat mempelajari Perjanjian Baru:
  • Fondasi kebenaran Perjanjian Lama.
  • Tema utama seluruh Alkitab, yang meliputi:
    • Nubuatan tentang kedatangan Mesias;
    • Pola penderitaan dan kemuliaan yang digenapkan dalam Dia;
    • Allah berkemah dengan Umat-Nya sebagai Imanuael;
    • Pelaksanaan kovenan ANugerah yang berkesinambungan.
  • Menganalisis Perjanjian Baru dengan suatu pandangan mengenai janji-janji kovenan yang diberikan Allah kepada orang-orang kudus Perjanjian lama.
  • Melihat Kristus sebagai pokok dari seluruh Alkitab.
  • Kristus sebagai puncak dan kegenapan seluruh kovenan dan nubuat di Perjanjian Lama.
  • Kutipan penulis Perjanjian Baru mengenai suatu bagian dalam Perjanjian Lama -- jika Perjanjian Lama dikutip langsung dalam Perjanjian Baru maka konteks dari bagian Perjanjian Lama datang bersama dengan kutipan itu.

Prinsip Dasar Hermeneutika

1. Alkitab Sebagai Karya Sastra

Pembaca harus memahami dasar dari bentuk perkataan dan tulisan Ibrani (karena penulis Alkitab adalah orang Yahudi kecuali Lukas) agar dapat secara tepat memahami Alkitab.

Berikut adalah beberapa bentuk gaya kesusastraan:
(1) Menggunakan Bahasa Hiperbola - contoh: Lukas 14: 26, Matius 10:37, Amos 9:13, Yesaya 65: 17 - 23.
(2) Menggunakan Permainan Kata - contoh: Yohanes 3:8, Matius 16:18.
(3) Menggunakan Amsal dan Kalimat Pepatah - sebagai saranan perbandingan antara kebenaran duniawi dengan masalah spiritual, contoh: Matius 7:6.
(4) Menggunakan Perumpamaan-Perumpamaan & Alegori - contoh perumpamaan: Matius 13: 10, contoh alegori: Yohanes 15:1.
(5) Menggunakan Paralelisme (lebih dari sekedar irama atau sajak)
a) Sinonim: ayat-ayat mengajarkan pemikiran dasar yang sama, contohnya Mazmur 19:2, Amsal 19:5, Matius 6:13. 

b) Antitesis: bagian-bagian suatu ayat ditempatkan saling berlawanan, kebenaran yang sama dinyatakan dalam bentuk negatif sebagai kontrasnya, contoh: Amsal 10:4, Markus 8:35.

c) Sintesis: bagian pertama suatu ayat adalah awal mula pemikiran sedangkan bagian kedua menambahinya, contoh: Mazmur 92: 10, Lukas 9: 48.

(6) Menggunakan Kiasan: untuk membandingkan, contoh: Matius 10:16.
(7) Menggunakan Metafora: merupakan bentuk khotbah dimana suatu kata atau frasa menunjukkan sejenis obyek yang digunakan secara analogi dengan hal lainnya, contoh: Yohanes 10:9.
(8) Menggunakan Bahasa Fenomenologis: contohnya Mazmur 19:7.
(9) Menggunakan Bahasa Personifikasi: memperlakukan kosmos seolah-olah memiliki kualitas pribadi, contohnya: Mazmur 19:5-7.
(10) Memahami perbedaan hukum apodiktik (konstitusional - Keluaran 20: Sepuluh Perintah Allah) dan hukum kasus (Keluaran 21-23) yang menafsirkan hukum apodiktik. hukum apodiktik mengajarkan prinsip umum, sedangkan hukum kasus mengajarkan dari contoh konkrit.
(11) Mengenali Tipologi Alkitab - contoh Yoh 3:14, model Perjanjian Lama (ular sebagai standar) dipakai untuk menekankan dan menjelaskan penggenapan model yaitu Kristus di kayu salib.


2. Analogi Iman

Hal ini artinya Alkitab menafsirkan Alkitab, dimana bagian yang lebih sulit ditafsirkan oleh bagian yang lebih jelas karena Alkitab tidak pernah berkontradiksi dengan dirinya.


3. Prioritas pada yang bersifat mendidik

Contohnya: Injil mengajarkan tentang kehidupan Kristus, sedangkan surat-surat Perjanjian Baru menafsirkan arti penting hal-hal yang dilakukan dan diajarkan Kristus. Kisah Para Rasul juga adalah sejarah Gereja Perjanjian Baru, dan bertujuan untuk menyampaikan laporan singkat pekerjaan rasul dan Gereja abad pertama. Doktrin tidak pernah boleh dibangun dari bagian-bagian narasi historis.

4. Prioritas Pada yang Eksplisit

Contoh: Keluaran 20:14 - Dilarang Berzinah secara eksplisit, sedangkan implikasi lebih jauh dari ayat ini secara eksplisit ada dalam Matius 5: 28 - pemikiran jahat , Efesus 5: 4 - perkataan-perkataan jahat. 

Tetapi pendekatan implisit berbahaya karena bersifat subyektif, sehingga bisa saja ayat tersebut kita tafsir melampaui apa yang sebenarnya dituliskan. contoh: Yohanes 3:16 serta Yohanes 6: 44 mengenai doktrin pemilihan dan kerusakan total menciptakan pemahaman Calvinis dan Arminian.

5. Perincian yang Berhubungan Dengan Bahasa

Penguasaan bahasa Ibrani dan Yunani sangat penting untuk mengerti arti bahasa asli Alkitab.


6. Kesulitan Mengenai Nubuat

Dalam menafsirkan nubuat harus memperhatikan beberapa hal ini:
(a) Nubuat itu terselubung secara historis dan juga bagi orang tidak percaya
(b) Penafsiran akhir dari nubuat terlihat dari penggenapannya
(c) Setiap nubuat mempunyai subjek yaitu Tuhan Yesus dan kemuliaan-Nya.

7. Penggunaan Logika

Alkitab adalah buku logis sehingga dibaca dengan menggunakan akal sehat karena kebenaran dalam Alkitab tidak pernah anti logika.




- Ringkasan Bab 7: Penafsiran yang Alkitabiah, buku Verbum Dei [Alkitab: Firman Allah] penulis W. Gary Crampton, penerbit Momentum. -


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kehidupan Setelah Pernikahan

Kegalauan Menjelang Merit